Dibalik Membludak Limbah Makanan, Banyak yang Kelaparan

Selasa, 02 Maret 2021

ilustrasi sisa makanan (int)

Makanan merupakan unsur yang penting bagi kehidupan. Melalui makanan kebutuhan seseorang dapat terpenuhi. Namun, dalam kenyataan banyak sekali limbah makanan yang terbuang sia-sia begitu saja. Padahal, masih banyak orang yang tidak dapat makanan.

Dilansir dari Food Bank, menurut seorang profesor di Universita della Tuscia dan anggota Dewan Penasihat BCFN, Riccardo Valentini, pada tahun 2050 akan terjadi sekitar 3 sampai 84 persen peningkatan harga pangan.

Berdasarkan data, lebih dari 800 juta orang menerita kekurangan gizi serta sekita 36 juta meninggal dunia karena kekurangan makanan. Oleh karena itu, sangat disayangkan banyaknya limbah makanan, sedangkan masih banyak yang kekurangan.

Tidak hanya itu, limbah makanan juga berdampak negatif pada lingkungan, ekonomi, ketahanan pangan dan gizi. Limbah makanan ini berasal dari petani, dan perusahaan distribusi.

Hal ini karena banyaknya faktor produksi yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga menyebabkan makanan terbuang begitu saja. Makanan yang terbuang akan menyebabkan limah yang tinggi. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap harga produk menjadi lebih tinggi.

Limbah makanan juga diproduksi dalam rumah tangga. Permasalahan ini sangat menjadi perhatian, khususnya di negara maju.  Di negara maju, mereka cenderung membuat hingga 30 persen pembelian buah dan sayuran. Selain itu, limbah tersebut tidak dapat didaur ulang kembali.
Diperkirakan sekitar 1,3 miliar ton makanan tebuang setiap tahunnya.

Makanan-makanan tersebutlah yang menjadi limbah yang mengangu lingkungan. Dari makanan yang terbuang ini setara dengan 1 triliun dolar Amerika jika dihargakan.

Rupanya, dari sisa makanan yang terbuang akan sangat berdampak bagi negara tersebut. Limbah makanan akan menjadi karbondioksida bagi negara tersebut. Negara dengan karbondioksida terbesar yaitu Amerika Serikat dan Cina.

Hal mengejutkan lain yaitu, satu perempat makanan yang terbuang, dapat memberi makan sekitar 759 juta orang yang kekurangan gizi di seluruh dunia yang mengalami kelaparan. Selain itu, limbah makanan di Eropa saja, dapat memberi makan sekitar 200 juta orang yang mengalami kelaparan karena kekurangan makanan.

Seperti diketahui, salah satu limbah makanan terbesar diproduksi oleh negara maju. Rupanya limbah total negara maju sekitar 222 juta ton setara dengan semua makanan yang ada di Afrika Sub-Sahara yaitu 230 juta ton.

Selain itu, konsumen Eropa atau Amerika Utara membuang hampir 100 kilogram makanan setiap tahun, melebihi berat badannya yang rata-rata sekitar 70 kilogram.

Walaupun negara maju dan berkembang sama-sama menghasilkan limbah makanan. Hanya saja, kondisinya berbeda. Negara berkembang masih kekurangan teknologi dan infrastruktur sehingga sulit untuk mengendalikan limbah makanan yang ada.

Limbah makanan juga menghasilkan 3,3 miliar ton karbon dioksida, yang mempercepat perubahan iklim global. Oleh karena itu, permasalahan limbah makanan sangat penting diperhatikan karena menyangkut kondisi bumi.*