Ini Pangeran Vaksin dari India, Hartanya Tembus Rp182 Triliun

Sabtu, 06 November 2021

Chief Executive Officer of the Serum Institute of India, Adar Poonawalla (REUTERS)

Jakarta - Nama Adar Poonawalla menjadi terkenal sejak munculnya vaksin Covid-19 di India. Pria berusia 40 tahun tersebut kini memiliki julukan pangeran vaksin yang memiliki kekayaan lebih dari US$ 12,7 miliar atau sekitar Rp 182,2 triliun (asumsi Rp 14.300/US$).

Adar merupakan anak dari salah satu miliarder Cyrus Poonawalla (80), pendiri Serum Institute of India (SII). Sejak 2011, dia didapuk menjadi CEO dari produsen vaksin terbesar di dunia yang didirikan 55 tahun lalu.

SII memproduksi 1,5 miliar vaksin setiap tahun untuk campak, rubella, tetanus, dan banyak penyakit lainnya. Dosis vaksin terutama didistribusikan ke negara-negara berpenghasilan rendah di seluruh dunia, termasuk India. Poonawalla memperkirakan bahwa lebih dari 50% bayi di dunia bergantung pada vaksin yang dibuat di SII.

Sejak munculnya Covid-19, Adar menggelontorkan ratusan juta dolar ke fasilitas manufakturnya di India. Dia berkomitmen untuk membuat jutaan dosis vaksin virus corona yang saat itu belum terbukti.

Vaksin itu, yang dibuat oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca (AZN), masih dalam uji klinis saat itu. Tidak ada yang yakin berapa lama vaksin akan berkembang, apalagi apakah itu akan berhasil.

"Itu adalah risiko yang diperhitungkan. Tapi saya tidak melihat pilihan pada saat itu, jujur saja. Saya hanya merasa menyesal tidak melakukan satu atau lain cara," kata Adar kepada CNN International, dikutip Sabtu (6/11/2021).

Untuk membuat rencananya berhasil, Adar harus mengumpulkan hampir US$ 1 miliar (Rp 14,3 triliun. SII juga berencana memberikan vaksin kepada ratusan juta orang India dan negara-negara miskin.

Lebih dari US$ 250 juta berasal dari dana perusahaan sendiri. Sebanyak US$ 300 juta lainnya datang dari Bill and Melinda Gates Foundation, yang bekerja sama dengan SII untuk memberikan dosis diskon atau gratis kepada negara-negara berpenghasilan rendah.

Sisanya dibayar oleh negara lain begitu SII mulai menerima pesanan vaksin. Secara total, SII setuju untuk membuat hingga 200 juta dosis vaksin untuk 92 negara, sebagai bagian dari kesepakatannya dengan Gates Foundation dan Gavi, aliansi vaksin.

Setelah berhasil mengumpulkan dana dan kepercayaan kepada lulusan studi bisnis dari Universitas Westminster London ini, vaksin AstraZeneca menerima persetujuan dari regulator Inggris pada Desember 2020.

Dalam mempersiapkan produksi vaksin AstraZeneca, Adar mengatakan dia menghabiskan US$ 800 juta untuk membeli bahan kimia, botol kaca dan bahan mentah lainnya, serta meningkatkan kapasitas produksi di pabriknya di kota Pune, India Barat.

Namun rencana menghentikan pandemi oleh bapak dua anak ini gagal saat gelombang kedua Covid-19 melanda India pada musim semi. Akibat tsunami infeksi Covid-19 saat itu, distribusi vaksin ke seluruh negeri dan negara-negara lain terhambat bahkan gagal.

Pada puncaknya negara itu melaporkan lebih dari 400.000 kasus per hari, meskipun para ahli mengatakan jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi.

Pada saat itu, hanya 2% dari 1,3 miliar penduduk India yang divaksinasi lengkap, dan pemerintah nasional negara itu lambat dalam menempatkan pesanan untuk lebih banyak vaksin. Tanpa stok yang besar, negara bagian di India mulai kehabisan dosis vaksin terbatas yang mereka miliki. India kemudian memutuskan untuk menghentikan ekspor semua vaksin, mencegah SII untuk memenuhi komitmennya di tempat lain.

India kini masih menjadi negara kedua dengan kasus Covid terbanyak di dunia. Per Jumat tercatat 34.332.407 infeksi dan 459.875 kematian, menurut data Worldometers.