Optimis Sambut Tahun Macan Air

Selasa, 01 Februari 2022

Ilustrasi lampion.(int)

PEKANBARU - Tahun Baru Imlek yang dirayakan masyarakat Tionghoa di seluruh dunia pada 1 Februari 2022 sekaligus menandai masuknya tahun macan air masih dalam suasana pandemi Covid-19.

Ketua Paguyuan Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Riau Stephen Sanjaya berharap, tahun macan air bisa lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

"Kita akan meninggalkan tahun kerbau logam yang identik dengan kerja keras saat menghadapi pandemi Covid-19. Mudah-mudahan tahun macan air membawa perubahan ke arah yang lebih baik, terutama dari segi ekonomi," terangnya.

Ditambahkannya, macan identik dengan buas, ambisius dan petarung yang tangguh. Dari segi bisnis naiknya bisa cepat dan bisa juga diterkam. Sehingga diperlukan perhitungan yang matang dan hati-hati dalam melangkah.

"Tahun macan air akan membuat perubahan besar bagi setiap orang. Ada yang mengalami kerugian besar, namun ada yang memperoleh kekuatan," jelasnya.

Untuk itu, Stephen menyarankan, bagi yang ingin memulai usaha, carilah yang tahan banting dan tidak terpengaruh dengan bisnis online yang lagi ramai dijalankan masyarakat.

"Sekarang usaha banyak drop karena semua sudah online. Paling penting bagaimana usahanya bisa jalan dulu," terang Stephen yang juga pengusaha di Pekanbaru ini.

Dikatakannya, peluang usaha dan bisnis tetap ada. Tinggal bagaimana memanfaatkan peluang tersebut serta selalu optimis. Ditambah lagi dengan elemen air yang melekat pada shio macan seakan mempertegas di tahun 2022 akan banyak perubahan.

"Tahun macan air adalah perubahan. Berbeda dengan kerbau logam pada tahun 2021 yang identik dengan kerja keras. Dimana masyarakat dunia harus kerja keras melawan pademi Covid-19. Di tahun macan air diharapkan kita dapat menuju ke arah yang lebih baik lagi. Diharapkan ekonomi juga akan lebih baik," ungkapnya.

Sementara itu, Wakil Ketua PSMTI Pusat Peng Suyoto menghimbau, warga Tionghoa untuk merayakan Tahun Baru Imlek 2573 kongzili dengan sederhana, karena masih dalam suasana pandemi Covid-19. Apalagi dengan merebaknya kasus Covid-19 varian omicron yang penyebarannya termasuk cepat.

"Meski tidak meriah seperti tahun-tahun sebelum pandemi, namun tidak akan mengurangi makna dari Tahun Baru Imlek itu sendiri," terangnya.

Salah satu tokoh Agama Buddha Pekanbaru, Ket Tjing menambahkan, Imlek menjadi sebuah tradisi keagamaan bagi umat Buddha Mahayana, Tridharma dan Konghucu, karena dalam menyambut Tahun Baru Imlek, terdapat ritual sembahyang khusus dalam wujud syukur dan pengharapan.

"Sembahyang (puja) leluhur bisa dilakukan di klenteng, vihara dan di rumah masin-masing pada hari H Tahun Baru Imlek. Hal ini sebagai ungkapan syukur, karena ada pepatah Tionghoa mengatakan, ketika minum air ingatlah sumbernya, kita ada hari ini, karena ada leluhur kita," tambahnya.

Dikatakannya, rumah ibadah klenteng dan vihara di Pekanbaru pada Tahun Baru Imlek tetap buka dengan memperhatikan Protokol Kesehatan (Prokes) Covid-19.

"Bersih-bersih klenteng dan vihara sudah dimulai sebulan menjelang Tahun Baru Imlek," terangnya.

Selain di klenteng dan Vihara, lanjutnya, warga Tionghoa juga bersih-bersih di rumah, termasuk menghias rumah untuk menyambut semangat baru dan menerima kebaikan baru.

Mengenai tradisi mudik, Ket Tjing mengatakan, biasanya dilakukan sehari menjalng hari H. Untuk warga Tionghoa Pekanbaru paling banyak mudik ke Kabupaten Bengkalis dan Kepulauan Meranti.

"Banyak orang akan pulang ke rumah untuk berkumpul dengan keluarga maupun mengunjungi keluarga," ungkapnya.