Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2022, Qatar Untung Berapa

Sabtu, 19 November 2022

Ilustrasi.(int)

Pembukaan pesta sepakbola Piala Dunia 2022 tinggal menghitung hari. Kali ini, turnamen empat tahunan tersebut digelar di Qatar. Ini menandai pertama kalinya Piala Dunia digelar di negara Timur Tengah.

Lebih dari 5 miliar orang diperkirakan akan menonton turnamen sepakbola terbesar di dunia tersebut, dengan lebih dari satu juta orang datang untuk menonton langsung pertandingan tersebut di Qatar.

Dari penjualan tiket dan merchandise hingga sponsor perusahaan, hadiah uang, dan pariwisata, ada banyak sekali uang yang dikeluarkan untuk acara bertaraf internasional seperti ini.

Lantas, apakah Qatar, sebagai negara tuan rumah, mendapat untung secara finansial? Menurut laporan Al Jazeera, negara host nyaris tidak mendapat untung secara finansial.

Sebagian besar negara tuan rumah Piala Dunia menghabiskan puluhan miliar dolar untuk persiapan, membangun infrastruktur, membangun hotel, dan sebagainya. Sebagian besar dari dana itu sering kali tidak dapat diperoleh kembali, setidaknya tidak dalam bentuk uang tunai.

Piala Dunia tentu saja adalah pemintal uang. Hak siar TV untuk Piala Dunia 2018 di Rusia dijual ke penyiar di seluruh dunia seharga US$4,6 miliar. Tapi dana itu diserahkan ke FIFA, sebagai badan pengatur sepak bola dunia.

Seperti halnya penjualan tiket, yang dikuasai oleh anak perusahaan yang 100 persen dimiliki oleh FIFA. Hak pemasaran, yang menghasilkan lebih dari US$1 miliar pada Piala Dunia 2018, juga dipegang oleh FIFA.

Meski demikian, FIFA menanggung biaya utama untuk menjalankan turnamen. Badan itu akan membayar Qatar US$1,7 miliar, meskipun angka itu termasuk alokasi hadiah US$440 juta untuk tim yang menang.

Qatar sendiri diketahui telah menghabiskan lebih dari US$200 miliar untuk Piala Dunia kali ini untuk membangun infrastruktur, termasuk hotel dan fasilitas rekreasi, hingga merombak seluruh jaringan jalannya dan membangun sistem kereta api.

Dengan lebih dari 1 juta turis asing diharapkan datang selama turnamen, negara tuan rumah akan mengalami lonjakan pariwisata, meningkatkan penjualan untuk hoteliers, pemilik restoran dan sejenisnya. Tetapi lonjakan seperti itu membutuhkan kapasitas ekstra untuk dibangun, yang biayanya biasanya jauh lebih besar daripada pendapatan yang dihasilkan dalam jangka pendek.

Lalu, siapa pihak yang diuntungkan?

Forum Ekonomi Dunia melaporkan: "Harga hotel yang naik selama acara terjual habis, tetapi upah pekerja jasa tidak selalu naik dengan jumlah yang sama, yang berarti pengembalian modal cenderung lebih besar daripada pengembalian tenaga kerja."

Selain itu, turis yang membeli merchandise, minuman, atau apa pun dari merek mitra FIFA tidak berkontribusi terhadap pendapatan pajak negara tuan rumah, karena keringanan pajak yang sangat besar untuk FIFA dan merek sponsornya diperlukan dalam proses penawaran Piala Dunia.

Setidaknya dalam jangka pendek, tidak masuk akal secara finansial untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia sepak bola. Tetapi ada keuntungan lain yang bisa diraih negara tuan rumah selain uang.

Menjadi tuan rumah Piala Dunia artinya sebuah negara akan mendapat eksposure yang tinggi daru seluruh dunia. Ini merupakan kesempatan untuk menunjukkan bagaimana infrastruktur baru menjadikan Qatar sebagai tempat yang bagus untuk berinvestasi atau berbisnis.

Dan dalam jangka panjang, uang yang dihabiskan untuk menggelar turnamen, jika dikelola dengan benar, akan membangun kapasitas ekonomi negara tersebut untuk berkembang.

Bagi negara tuan rumah, Piala Dunia adalah tentang kebanggaan, kehormatan, dan publisitas, lebih dari sekadar menghasilkan uang.