PEKANBARU - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Riau dan TPID Kabupaten Kampar melakukan panen perdana cabai hasil digital farming dilahan Kelompok Tani Jaring Mas Sejahtera, Dusun Pematang Kulim, Desa Pulau Birandang, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar.
Kegiatan ini bentuk keseriusan komitmen TPID dalam implementasi program Digital Farming budidaya cabai yang diresmikan pada acara GNPIP 2022.
Kegiatan panen perdana dihadiri Pj Bupati Kampar Dr H Kamsol MM selaku Ketua TPID Kabupatan Kampar, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau Muhamad Nur, Direktur Utama BRK Syariah Dr Ir Andi Buchari MM serta perwakilan TPID Provinsi Riau Yurnalis selaku Staf Ahli Bidang Hukum Pemerintahan & Kemasyarakatan, Kadis PTPH & Biro Ekonomi.
Kegiatan panen perdana dilakukan di lahan demplot cabai merah yang dikembangkan oleh TPID Kabupaten Kampar bekerja sama dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau dan TPID Provinsi Riau ini telah menerapkan konsep Digital Farming berbasis Internet of Things (IoT) untuk otomasi penyiraman dan pemupukan tanaman, serta memberdayakan Kelompok Tani Jaring Mas Sejahtera.
Intalasi IoT yang dikembangkan di lahan tersebut telah dimulai sejak September 2022 sebagai salah satu program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), dan berhasil menjadi demplot digital farming terbesar di Indonesia.
Kegiatan panen perdana ini juga merupakan langkah TPID untuk menggalakkan GNPIP Riau di tahun 2023, selain dari berbagai pasar murah yang telah digelar sebelumnya selama awal 2023.
"Ini panen perdana dilahan digital farming yang dikembangkan bersama oleh TPID Kabupatan Kampar dan TPID Provinsi Riau bekerjasama Bank Indonesia. Masa panen akan berlangsung hingga 3 bulan kedepan dengan total panen mencapai 8 ton untuk lahan seluas 0,7 hektar ini," kata Kamsol.
Ia menyebut kedepan, perlu di kawal bersama pengembangannya agar dapat direplikasi untuk meningkatkan produksi cabai lokal dari Riau, sehingga dapat memenuhi kebutuhan di Riau dan menjaga harga cabai merah tetap stabil.
Ia berharap, kegiatan ini dapat menjadi awal yang baik untuk mendukung GNPIP 2023, yang salah satu program utamanya gerakan tanam cabai, ataupun komoditas tabama atau hortikultura yang menjadi penyumbang inflasi di Riau.
Selain itu, TPID Provinsi Riau mendorong agar teknologi pada sektor pertanian ini dapat direplikasi oleh petani-petani cabai merah ataupun komoditas hortikultura atau sayur-mayur lainnya, sehingga pertanian berbasis digital dapat terus berkembang, dan petani semakin modern/melek teknologi, serta dapat meningkatkan produktivitas, sekaligus efisiensi biaya tenaga kerja. Penerapan Digital Farming berbasis IoT ini terbukti memiliki keunggulan dibanding pertanian secara konvensional.
"Salah satu kelebihan dari pemanfaatan IoT pada budidaya cabai yakni proses penyiraman dan pemupukan dapat dilakukan dengan tepat waktu dan takaran yang tepat. Aspek ini sangat krusial untuk meningkatkan produksi, mengingat karakteristik tanah di Riau yang secara umum kurang optimal untuk budidaya komoditas hortikultura dibanding daerah lain seperti Sumatera Barat dan di wilayah Jawa," kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Riau Muhamad Nur.
Penerapan IoT tambahnya, membantu petani memperoleh hasil panen yang maksimal, dan melihat hasil panen 1 batang pohon mampu menghasilkan minimal 1,2 kg cabai dalam satu siklus panen.
Selain panen perdana cabai merah, kegiatan juga diisi dengan beberapa agenda seperti demo pembuatan Pupuk Biosaka oleh Dinas DPTPH Riau, pemberian bantuan pengembangan cabai merah keriting dan hand traktor (TR2) oleh Pemerintah Provinsi Riau yang diberikan kepada 10 Kelompok Tani di wilayah Riau, serta simbolis pemberian mikro KUR pada anggota Poktan Jaring Mas Sejahtera oleh Bank Riau Kepri (BRK) Syariah.
Saat tersebut, TPID Provinsi Riau juga menggelar pasar murah untuk memeriahkan acara. Masyarakat sekitar Dusun Pematang Kulim dapat membeli berbagai barang kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, telur ayam, cabai merah, bawang merah, bawang putih, gula pasir, dan tepung terigu dengan beragam variasi pilihan kualitas dan merk, dengan harga yang terjangkau di bawah HET.
Berbagai pihak turut berkolabarasi dalam penyelenggaraan pasar murah ini, termasuk Perum BULOG divre Riau dan Kepri, Dinas PTPH Provinsi Riau, Disperindag Provinsi Riau, PT SPR Trada, serta Poktan Jaring Mas Sejahtera yang juga dapat langsung menjual hasil panen di pasar murah.
Kemudian ada yang berbeda dari pasar murah kali ini, masyarakat diberi kesempatan untuk membeli bahan pokok dengan harga yang lebih murah. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau menawarkan kesempatan pada masyarakat yang memiliki dompet digital untuk melakukan scan QRIS hanya sebesar Rp1 untuk mendapatkan voucher potongan harga senilai Rp10.000.
Voucher tersebut dapat digunakan sebagai potongan harga ketika pembayaran. Disini masyarakat dapat merasakan pengalaman menggunakan pembayaran digital melalui QRIS, sekaligus memberi insentif tambahan bagi masyarakat yang berbelanja di pasar murah.
Selain itu, bagi masyarakat yang belum memiliki dompet digital dapat langsung membuka rekening ataupun aktivasi mobile banking dengan bantuan BRK Syariah, dengan tujuan untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat sekitar.
Kedepannya, upaya TPID Provinsi Riau untuk mengendalikan inflasi cabai ataupun inflasi komoditas lainnya akan tetap ditingkatkan dengan mengacu pada framework pengendalian inflasi 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif).
Beberapa upaya untuk menjaga inflasi yang telah dan akan dilakukan selama 2023 antara lain percepatan implementasi Kerja sama Antar Daerah (KAD), baik dengan provinsi lain maupun intra kabupaten/kota di Provinsi Riau untuk menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan, pemberian bantuan teknis untuk hilirisasi produk komoditas cabai, dan secara berkala memperkenalkan serta mendorong masyarakat untuk menggunakan produk olahan cabai melalui Iklan Layanan Masyarakat (ILM), dan pelaksanaan pasar murah.