Cara Unik Membesarkan Anak Agar Bahagia

Ahad, 07 Mei 2023

Ilustrasi.(int)

Jurnalpekan.com - Sampai saat ini masih banyak orang tua yang bertanya-tanya bagaimana membesarkan anak yang bahagia. Sebab, membesarkan anak yang bahagia bukan tentang memberi mereka kesenangan atau kepuasan sesaat.

Siapa sangka, kunci untuk membesarkan anak yang bahagia adalah membiarkan mereka tidak bahagia. Ini mungkin terdengar kontra-intuitif, tetapi sangat efektif, menurut Tovah Klein, seorang psikolog anak dan penulis buku "How Toddlers Thrive."

"Kita semua berpikir cara membesarkan anak agar bahagia adalah dengan membuat mereka bahagia. Tapi sebenarnya, anak-anak tahu bagaimana menjadi bahagia, menemukan kegembiraan. Ini bukan perasaan sepanjang waktu," kata Klein, direktur Pusat Pengembangan Balita Barnard College dilansir dari cnbcindonesia.com, Minggu (7/5/2023).

Menurutnya, orang tua sering kesulitan menerima anak-anak marah, sedih, tidak bahagia dalam beberapa hal.

Ketika seorang anak kesal, orang tua sering kali secara naluriah mencari untuk menghibur atau mengalihkan perhatian mereka. Mereka mungkin menawarkan kue coklat, atau pergi ke taman untuk berlarian.

Tidak ada yang salah dengan melakukan hal-hal baik untuk anak Anda ketika mereka tidak bahagia, tetapi itu tidak selalu mengatasi sumber dari apa yang membuat anak kesal. Ini terutama ketika sumbernya tampak sepele, seperti tidak diizinkan menonton televisi atau bermain game.

Dalam kasus-kasus itu, anak percaya reaksi negatif mereka tepat, dan mereka perlu belajar untuk mengatasi dan mengelola perasaan itu yang secara intuitif tidak mereka ketahui bagaimana melakukannya.

Anda juga dapat meminta anak yang sedang kesal untuk menarik napas dalam-dalam dan mencoba mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. Anda juga bisa mengakui perasaan anak, meskipun Anda harus berdiri teguh.

Misal, 'Saya berharap kita bisa melakukan itu' atau 'Sayangnya, saat ini kami tidak bisa.'

Terlepas itu, pahamilah emosi negatif anak akan selalu berlalu, kecuali jika ada peristiwa traumatis besar. Dengan asumsi hidup mereka baik-baik saja, mereka akan bahagia.

Anak-anak yang belajar mengelola emosi negatif mereka secara efektif lebih mungkin mengembangkan ketahanan yang mereka perlukan sebagai orang dewasa yang sukses, menurut penelitian.

Ketakutan akan perasaan negatif itu dapat menyebabkan masalah perilaku jangka panjang. Anak bisa menjadi malu dengan perasaan itu, dan memiliki pemikiran tentang keraguan diri mereka. Itulah mengapa orang tua perlu menerima anak mereka tidak bisa bahagia sepanjang waktu.