9 Cara Hadapi Anak Tantrum dari Ahli Parenting

Senin, 06 November 2023

int

Tantrum merupakan hal biasa yang terjadi pada anak-anak. Kondisi ini biasanya diekspresikan dalam bentuk menangis kencang, berteriak, memukul, melempar barang, mendorong, maupun menggigit.

Saat anak Anda sedang mengamuk, mungkin sulit untuk menahan amarah Anda sendiri. Menurut Ray Levy, Ph.D., psikolog klinis yang berbasis di Dallas, tantrum merupakan hal yang pasti dialami pada masa kanak-kanak.

"Anak-anak kecil yaitu mereka yang berusia antara 1 dan 4 tahun belum mengembangkan keterampilan mengatasi masalah yang baik," kata Levy, seperti dikutip dari Parents.

Jika anak mengalami tantrum, penting bagi Anda untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi dan sebisa mungkin menjaga emosi Anda tetap terkendali.

Tantrum adalah tahap perkembangan penting bagi anak

Mengutip Parents, tantrum, atau temper tantrum, adalah ledakan emosi yang terjadi karena kemarahan atau frustrasi. Menurut Dr. Levy, pada intinya, setiap tantrum disebabkan oleh satu hal sederhana, yakni ketika anak tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan.

"Untuk anak-anak berusia antara 1 dan 2 tahun, tantrum sering kali berasal dari upaya mengomunikasikan suatu kebutuhan, misalnya mau susu lagi, penggantian popok, mainan di sana, tetapi anak tidak memiliki kemampuan bahasa untuk melakukannya," kata Dr Levy.

Bagi balita yang lebih besar, tantrum lebih sebagai bentuk perebutan kekuasaan.

"Pada saat anak-anak berusia 3 atau 4 tahun, mereka sudah tumbuh lebih mandiri. Mereka sangat menyadari kebutuhan dan keinginan mereka dan ingin lebih menegaskannya," papar Dr Levy.

Saat anak Anda mencapai usia prasekolah, mereka dapat menggunakan kata-kata untuk memberi tahu Anda apa yang mereka butuhkan, namun itu tidak berarti kemarahan anak sudah berakhir. Mereka masih belajar cara menangani emosi, dan perselisihan kecil dapat terjadi dengan cepat.

Perlu diingat bahwa tantrum bukanlah tanda pola asuh yang buruk. Faktanya, tantrum adalah tahap perkembangan penting bagi anak.

"Tantrum membantu anak-anak belajar menghadapi emosi negatif mereka," kata psikolog klinis Linda Rubinowitz, Ph.D., seorang terapis pernikahan dan keluarga di The Family Institute di Northwestern University, di Evanston, Illinois.

Cara Menangani Balita Tantrum

Jika si kecil berteriak, menendang, menjerit dan Anda mulai kehilangan kesabaran, Anda mungkin bertanya-tanya bagaimana cara mengatasi tantrum. Meskipun tidak ada satu cara yang pasti berhasil untuk mengatasi situasi ini, sebagian besar ahli sepakat bahwa ada cara terbaik dalam menghadapi tantrum.

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), orang tua yang bereaksi dengan tenang dan konsisten terhadap ledakan emosi balita akan membantu anak mereka memahami batasannya, sehingga dapat membantu anak merasa lebih terlindungi dan terkendali.

Berikut beberapa trik untuk menghadapi anak tantrum menurut Parents.com:

1. Segera tangani perilaku agresif

Jika setiap tantrum anak Anda selalu memukul, menendang, menggigit, atau melempar barang, segera hentikan mereka dan singkirkan mereka dari situasi tersebut. Jelaskan bahwa meskipun mereka sedang marah atau kecewa, menyakiti orang lain atau diri mereka sendiri tidaklah baik.

Tetaplah tenang, tapi tegas. Terkait perilaku agresif, yang terbaik adalah menerapkan kebijakan tanpa toleransi.

2. Jangan berteriak

Ingat, anak Anda akan mengikuti arahan Anda dalam menangani amarahnya. Jika Anda berteriak, mereka akan menyamakan volume suara Anda karena, jauh di lubuk hati, mereka ingin terlibat dan terhubung dengan Anda.

Jika Anda sudah terlanjur meninggikan suara, minta maaflah kepada anak. "Mama/papa tidak bermaksud membentak kamu. Mama/papa minta maaf. Bukan itu cara yang ingin mama/papa bicarakan dengan kamu. Bisakah kamu tenang?" misalnya.

3. Biarkan anak Anda marah

Menurut Linda Pearson, R.N., seorang praktisi perawat keluarga, terkadang seorang anak hanya perlu melampiaskan amarahnya. Jadi biarkan saja ketika mereka tantrum.

"Saya sangat percaya pada pendekatan ini karena pendekatan ini membantu anak-anak belajar bagaimana melampiaskan emosi dengan cara yang tidak merusak. Mereka mampu meluapkan perasaannya, menenangkan diri, dan mendapatkan kembali kendali diri-tanpa harus berteriak-teriak," paparnya.

4. Gunakan perintah singkat

Tantrum sering kali dapat dielakkan dengan perintah yang singkat, sederhana, dan langsung pada sasaran. Semakin spesifik, semakin baik. Jika balita Anda sedang terjebak dalam suasana hati yang buruk, beri mereka gambaran yang jelas tentang apa yang Anda ingin mereka lakukan.

5. Alihkan perhatian anak

"Anak-anak memiliki rentang perhatian yang cukup pendek dan artinya mereka biasanya mudah dialihkan," kata Dr Levy.

Jika anak Anda tantrum karena tidak dibelikan barang yang mereka inginkan di mall, cobalah mengganti topik pembicaraan dan dengan antusias mengatakan sesuatu seperti, "Hei, kami suka es krim kan? Mau bantu mama memilihkan es krim?" 

6. Peluk anak

"Ini mungkin terasa seperti langkah terakhir yang ingin Anda lakukan saat anak Anda mengamuk, tapi pelukan benar-benar dapat membantu mereka tenang. Yang saya maksud adalah pelukan yang erat dan hangat, bukan pelukan yang sangat menggemaskan," kata Dr Levy.

Jangan mengucapkan sepatah kata pun saat Anda memeluk si kecil. Pelukan membuat anak-anak merasa aman dan diperhatikan.

7. Pindah lokasi

Jika anak Anda mengamuk di depan umum, gendong dan bawa dengan tenang ke tempat yang aman. Bawa mereka ke mobil atau toilet umum, di mana mereka bisa mengeluarkan amarahnya. Begitu Anda sampai di sana, jelaskan posisi Anda dengan lembut, dan tetap tenang.

Terkadang menyentuh atau membelai anak saja sudah bisa menenangkannya.

8. Berikan peringatan dini

Balita tidak menyukai kejutan. Lain kali cobalah memberi mereka pemberitahuan terlebih dahulu mengenai aktivitas yang akan Anda dan si kecil lakukan.

Katakan kepada mereka, "Kamu boleh main sepeda dua kali lagi mengelilingi taman, lalu kita harus pulang." Hal ini memberi mereka rasa kendali.

9. Tertawalah

Tantrum di depan umum bisa jadi sangat menantang sehingga beberapa orang tua menyerah hanya untuk mengurangi rasa malu, namun respons ini hanya mendorong anak untuk mengulangi perilaku tersebut.

"Anak-anak, bahkan yang masih sangat kecil sekalipun, tetap cerdas," kata Alan E. Kazdin, Ph.D., seorang profesor riset dan profesor emeritus psikologi dan psikiatri anak di Universitas Yale.

Cara terbaik adalah dengan tersenyum, dan berpura-pura semuanya baik-baik saja.