Kenali Bahaya Toxic Parents

Senin, 07 Desember 2020

Int

Toxic parents merupakan tipe orang tua yang mengatur anak sesuai dengan kemauannya tanpa menghargai perasaan dan pendapat sang anak. Dampaknya akan membuat anak merasa terkekang dan ketakutan. Bahkan, tak jarang anak tumbuh menjadi pribadi yang sering menyalahkan diri sendiri dan memiliki rasa percaya diri yang rendah.

Perilaku toxic parents terkadang dilakukan para orang tua melakukannya atas nama cinta, tetapi sebenarnya justru yang dilakukan adalah hal yang sangat bertolak belakang. Psikologi Anak, Monica Sulistiawati, mengungkapkan, tak jarang perilaku toxic parents ini justru sedikit demi sedikit malah menyakiti dan meracuni sang anak.

“Orang tua yang toxic parent ini tidak bisa memiliki rasa empati pada anaknya, lebih memiliki cita-cita yang tinggi dan target yang tinggi tanpa dibarengi dengan apresiasi,” ujarnya yang dikutip Akurat.co dari laman Parentalk ID.

Monica menambahkan ciri lainnya orang tua yang toxic parents umumnya tidak menghargai privasi anak kalau mengambil keputusan tentan g hal-hal yang berhubungan dengan sang anak. Mereka kerap tidak melakukan diskusi bersama anak dan langsung mengambil keputusan tanpa pertimbangan tersebut.

Hal ini justru berdampak dalam jangka panjang baik secara tidak langsung dan juga sedikit demi sedikit orang tua yang toxic parents malah merendahkan sang anak dan menjatuhkannya. Agar terhindar jadi orang tua yang toxic parent, Monica menyarankan hal yang utama yakni melakukan refleksi diri sendiri.

Dengan memikirkan perilaku yang pernah diterima dan itu perilaku keliru, sehingga apabila kita lakukan hal tersebut suatu saat nanti bagaimana dampaknya pada sang anak.

“Misalnya ketika memarahi anak tanpa sengaja dan mereka mengungkit-ngungkit kesalahan maka coba itu refleksi ke dalam diri sendiri. Pikirkan kalau saya yang melakukan kesalahan kemudian kesalahan saya diungkit-ungkit oleh orang lain,” sambungnya.

Selanjutnya, orang tua mulailah berani meminta maaf. Dengan meminta maaf, maka langkah selanjutnya pasti akan memperbaiki perilaku dengan cara mengendalikan diri sebagai manusia dewasa.

“Kita kan dianugerahi kecerdasan dan akal budi untuk mengontrol perilaku kita. Jika hal ini sulit dilakukan, berarti kita perlu bantuan orang lain untuk dapat belajar cara mengendalikan diri sendiri,” pungkas Monica.