Perlukah Wanita Hamil Diberi Vaksin Covid-19

Sabtu, 12 Desember 2020

Ilustrasi hamil (foto pexels.com)

jurnalpekan.com - Sekretaris Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS Alex Azar menyatakan, Administrasi Makanan dan Obat-obatan Amerika (FDA) berencana mengesahkan vaksin Pfizer, dan suntikan pertama dapat diberikan awal 14 atau 15 Desember 2020.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) pun telah mengadopsi rekomendasi untuk memberikan vaksin pertama kali pada petugas kesehatan dan dan orang-orang yang secara klinis sangat rentan tertular virus.

Tapi bagaimana dengan wanita hamil, sebuah studi Morbidity and Mortality Weekly Report (MMWR) menemukan bahwa wanita hamil juga mengalami peningkatan risiko penyakit parah akibat Covid-19, meskipun lebih sedikit daripada kelompok berisiko tinggi lainnya.

Studi tersebut menemukan bahwa orang hamil lebih mungkin dirawat di unit perawatan intensif (ICU), menerima ventilasi invasif dan oksigenasi membran ekstrakorporeal (penggunaan paru-paru buatan yang terletak di luar tubuh yang memasukkan oksigen ke dalam darah), dan berada dipeningkatan risiko kematian dibandingkan orang yang tidak hamil.

Dilansir dari suara.com, Sabtu (12/12/2020), juga telah memperingatkan bahwa orang hamil dengan Covid-19 mungkin pada peningkatan risiko untuk hasil yang merugikan lainnya, seperti kelahiran prematur.

Tapi, wanita hamil belum terlibat aktif dalam uji klinis tahap akhir untuk vaksin Covid-19 mana pun, termasuk vaksin Pfizer dan Moderna. Kurangnya data ini berarti bahwa meskipun vaksin tersebut diizinkan oleh FDA untuk digunakan di AS, vaksin tersebut tidak akan direkomendasikan untuk wanita hamil.

Pada 2 Desember, Komite Penasihat untuk Praktik Imunisasi (ACIP), dewan penasihat independen CDC, juga mencatat bahwa saat ini tidak ada data tentang keamanan dan kemanjuran vaksin Covid-19 pada orang hamil atau menyusui untuk menginformasikan rekomendasi vaksin.

Sherry Ross , MD, OB / GYN dan pakar kesehatan wanita di Pusat Kesehatan Providence Saint John di Santa Monica, California, mengatakan tidak ada cukup penelitian medis untuk memastikan bahwa wanita hamil dan bayi mereka yang belum lahir aman dari efek berbahaya apa pun dari vaksin Covid-19.

"Pada titik ini, terlalu banyak ketidakpastian tentang keamanan vaksin Covid-19 dan wanita hamil," sebutnya.

Sehingga, hingga kini cara terbaik untuk melindungi wanita hamil agar tidak tertular virus corona Covid-19 adalah dengan mengikuti saran CDC. Yakni mempraktikkan jarak sosial, menghindari pertemuan di dalam ruangan dan memakai masker yang berlaku untuk semua orang, bukan hanya wanita hamil itu sendiri.

"Mengurangi kasus Covid-19 pada populasi umum masih merupakan strategi paling cerdas untuk melindungi wanita hamil dari virus yang tidak dapat diprediksi dan berpotensi mematikan ini," kata Dr Ross.