Kanal

Menikah Tak Cukup Modal Cinta

jurnalpekan.com - Membangun bahtera rumah tangga tidak bisa hanya bermodal cinta. Tanggung jawab dan kesetiaan juga memiliki peran penting dalam mengarungi biduk rumah tangga. Seperti halnya yang terjadi pada rumah tangga Nadya dan Bang Akur, tentu bukan nama sebenarnya.

Kedua insan ini dipertemukan di kursi kampus ternama di Jakarta Selatan. Saat itu tahun 2005 Nadya merupakan mahasiswa baru, sementara Bang Akur sedang mengerjakan skripsi untuk mengambil gelar sarjana tehnik yang sudah dilakoninya lebih dari tujuh tahun.

Hingga keduanya menikah, Nadya masih menjadi mahasiswi jurusan psikologi, sementara Bang Akur yang sudah dua tahun lulus belum juga mendapat pekerjaan. Beruntung orang tua Nadya memiliki harta, sehingga atas kesepakatan berdua, pasangan muda ini membangun usaha. 

Awalnya Nadya dan Bang Akur membelanjakan modal itu demi kepentingan bisnis kami, tapi tiba-tiba aset yang dimiliki untuk bisnis itu berkurang. Nadya sempat menanyakan ini kepada bang Akur, lalu dijawab kalau aset-aset itu dia jual, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena saat itu pelanggan sedang sepi. Jadi tidak memiliki pemasukan.

"Jadilah suamiku menjual aset itu demi dapur bisa ngebul. Aku percaya saja, karena yang kutahu selama ini suamiku adalah orang yang jujur. Lagipula memang sejak awal seluruh keuangan dia yang memegang. Jadi dia yang lebih tahu tentang kondisi keuangan kami," ujar Nandya.

Karena usaha tidak menunjukkan perkembangan signifikan, Nadya memutuskan untuk berhenti kuliah. Selain karena hamil, uang untuk bayar kuliah tidak ada. Ditambah kondisi keuangan yang terus menipis karena usaha tidak berkembang. 

Tiga bulan setelah melahirkan, Nadya mulai berfikir untuk mencari uang tambahan dengan menjaga toko di sekitar kediamannya. Setelah mendapatk pekerjaan sebagai penjaga toko, Nadya merasa telah mengambil keputusan yang salah, karena anakku yang baru dilahirkan masih dalam hitungan bulan. Sementara suami hanya duduk tenang di toko tanpa memutar otak untuk bisa mendapat penghasilan sesuai kebutuhan.

Bahkan gaji pertama Nadya sebagai penjaga toko lebih banyak digunakan Bang Akur dibanding untuk membeli keperluan bayi yang mendesak. Kondisi rumah tangga Nadya dan Bang Akur di ambang kehancuran. Istri yang sibuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sang bayi, suami hanya bisa bermalasan sambil memberikan janji-janji manis. Tidak hanya itu, hampir setiap hari, Nadya meninggalkan rumah dalam keadaan berantakan, seperti tidak mau tahu, Bang Akur juga hanya diam. Dirinya lebih senang minum kopi sambil menghisap rokok dan berangan-angan bisa memiliki banyak uang.

Tiga tahun umur pernikahan, namun Nadya merasa seperti sudah puluhan tahun hidup bersama orang yang menurutnya tidak memiliki manfaat sama sekali. Dirinya pun memberanikan diri tidak lagi menyerahkan uang hasi kerjanya sebagai penjaga toko kepada Bang Akur. 

Melihat perubahan Nadya, Bang Akur menjadi uring-uringan, hal-hal sepele selalu menjadi pemantik keributan antara dua orang ini. Namun sepandai-pandainya tupai melompat, akan jatuh juga, mungkin itu ungkapan yang pas untuk Bang Akur.

Pasalnya beberapa hari setelah keributan, datang seorang perempuan muda bernama Maya meminta Nadya untuk menceraikan Bang Akur. Terkejut, Senang, Kalut merasa dikhianati bercampur menjadi satu. Namun tanpa pikir panjang, Nadya mengabulkan permintaan Maya. 

Meski kecewa karena selama ini Nadya sepenuh hati berusaha menjadi istri idaman, ternyata Bang Akur yang tidak bisa menunjukkan tanggung jawabnya dalam berumah tangga, malah main dengan perempuan lain. 

"Pernikahan ini menyadarkan saya jika berumah tangga itu tidak hanya bermodalkan cinta, tapi tanggung jawab dan kesetian menjadi hal yang harus diutamakan," ujar Nadya sambil memandang jauh dengan mata berkaca-kaca.***

Ikuti Terus JurnalPekan

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER