Kanal

Komunitas Angkutan Sampah Pekanbaru Keluhkan Cara Kerja LPS Tak Sesuai, Ini Kata DLHK

PEKANBARU - Pekerja armada angkutan sampah yang tergabung dalam komunitas Angkutan Sampah Pekanbaru, mengeluh sistem kerja yang diterapkan Lembaga Pengelola Sampah (LPS) tidak sesuai dengan ke sepakatan dilapangan.

"Salah satu kesepakatan yang kami maksud perihal pembayaran upah tidak sesuai. Modal kerja yang kami keluarkan lebih besar dari pendapatan, belum lagi sistem pembayaran diatur LPS," kata salah satu peserta komunitas armada angkutan sampah yang tidak bersedia namanya ditulis.

Diceritakan, armada angkutan sampah setiap bulan harus menyiapkan modal kerja Rp7 juta sampai Rp8 juta, sementara upah yang diterima dari LPS hanya 3 sampai 5 juta dibayar bertahap.

"Rata-rata anggota kami dari komunitas angkut sampah 2 orang harus dibayar, minyak, uang makan dan minum di jalan, credit mobil. Apalagi yang bisa kami dibawa pulang," ceritanya belum lama ini.

Sementara lanjutnya, LPS menekankan harus mengikuti cara kerja yang telah ditentukan, bila keberatan silahkan mundur. "Kami angkutan sampah mandiri sudah berjalan 15 tahun dan bergabung LPS sejak Juni 2025, jadi mohon lah solusi saling menguntungkan," sebutnya.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala DLHK Pekanbaru Reza Aulia Putra dikonfirmasi mengatakan, DLHK sejauh ini sifatnya masih meresmikan mobil yang sudah ada supaya sampah yang dipungut dibuang pada tempat telah ditentukan Pemerintah.

"Supaya sampah tidak dibuang sembarang di pinggir jalan. Saya selalu kirim tim mantau Tempat Pembuangan Sementara (TPS) kadang masih kedapatan becak motor buang sampah dipinggir jalan," kata Reza.

Ia menyebut, persoalan internal antara LPS dan armada angkutan sampah bisa koordinasi dengan kecematan masing-masing mengingat Surat Keputusan (SK) dikeluarkan oleh camat.

"Camat nanti bisa memanggil ketua LPS. Tapi, kalau memang pemilik mobil yang tidak bisa dipanggil kita jembatani. Intinya komunikasi yang baik antara armada dan LPS sangat diperlukan. Tidak mungkin rasanya pemilik mobil sulit dipanggil sedangkan mereka bekerja dengan LPS," terang Reza.

Ia kembali mengimbau kendaraan pengangkut sampah mandiri agar bergabung dengan LPS. Begitu juga dengan LPS, supaya dapat merangkul dan mengajak angkutan mandiri bersama angkat sampah.

"Sekali lagi komunikasi antara LPS dan armada pengangkut sampah sangat penting dengan komunikasi yang baik insyaallah ketemu solusi," sebut Reza.

Ikuti Terus JurnalPekan

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER