Kanal

Hindari Risiko Obesitas dan Diabetes, Nutrifood Ajak Masyarakat Kurangi Konsumsi Gula

Jurnalpekan.com - Nutrifood bersama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia mengedukasi masyarakat Indonesia melalui Festival Komunitas ‘Beat Obesity’ 2021. Kegiatan ini dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional sekaligus Hari Diabetes Sedunia 2021, sekaligus bagian dari kampanye yang telah dijalankan Nutrifood sejak 2013 terkait pentingnya cermati konsumsi gula, garam, dan lemak serta membaca label kemasan.

Selain itu, program ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat untuk hidup lebih sehat, khususnya di masa pandemi, dengan membatasi asupan gula dan memahami sumber pemanis yang lebih baik agar terhindar dari risiko obesitas dan diabetes.

Pelaksana tugas Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan RI dr Elvieda Sariwati MEpid mengatakan, menurut Riskesdas 2018, tingkat obesitas pada orang dewasa meningkat menjadi 21,8 persen dan prevalensi berat badan berlebih juga meningkat dari 11,5 persen di 2013 ke 13,6 persen di 2018. Perubahan gaya hidup selama pandemi seperti konsumsi gula berlebih dan berkurangnya aktivitas fisik berpotensi meningkatkan risiko obesitas.

"Kita ketahui bersama bahwa obesitas memiliki risiko prediabetes dan diabetes dimana hampir 90% orang dengan diabetes tipe 2 ternyata mengalami masalah kelebihan berat badan atau obesitas," kata dr Elvieda dalam webinar Nutrifood.

Ia menambahkan, prevalensi diabetes di tingkat nasional menunjukkan dari 6,9% pada 2013, menjadi 8,5% pada 2018 dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Seperti yang kita ketahui, diabetes dapat menjadi jalan pintas penyakit-penyakit tidak menular lainnya seperti gangguan penglihatan, penyakit jantung, gagal ginjal, dan gangguan syaraf. 

Dari 10-15 tahun sejak awal terdiagnosa, prevalensi semua komplikasi ini akan meningkat tajam. Tak hanya itu, diabetes juga menjadi salah satu faktor komorbid yang berkaitan dengan peningkatkan tingkat keparahan COVID-19. Pencegahan sedini mungkin adalah solusi terbaik agar terhindar dari dampak fatal diabetes. 

Terapkan perilaku hidup sehat dengan menjalani GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) dan CERDIK. Kuatkan komitmen untuk menjaga pola makan yang bergizi dan perhatikan asupan gula sehari-hari, rutin beraktivitas fisik, dan jangan ragu untuk segera periksakan diri ketika muncul gejala awal.

"Kuatkan komitmen untuk menjaga pola makan sehat dan perhatikan asupan gula sehari-hari, rutin beraktivitas fisik, lakukan deteksi dini/skrining berkala dan jangan ragu untuk segera periksakan diri ketika muncul gejala awal,” sebut dr Elvieda.

Dokter Spesialis Gizi Klinis dr Marya Haryono MGizi SpGK FINEM mengatakan, konsumsi gula berlebih berkontribusi terhadap tingginya asupan kalori yang dapat meningkatkan risiko obesitas dan diabetes. Sayangnya, masyarakat masih cenderung mengonsumsi gula dalam jumlah yang tinggi, baik dari penambahan gula saat memasak, makan, dan minum maupun melalui konsumsi makanan dan minuman manis yang tinggi gula. 

Masyarakat juga perlu waspada dengan kandungan gula yang terkandung di makanan dan minuman kemasan. Untuk itu, masyarakat perlu lebih jeli dalam memerhatikan label kemasan guna mengetahui kandungan gula tersembunyi (hidden sugar) di makanan minuman. Hal ini penting agar kita dapat lebih sadar akan jumlah gula yang dikonsumsi setiap harinya.

“Selain itu, masyarakat juga secara rutin perlu melakukan pengukuran berat badan untuk mengetahui apakah berat badan mereka termasuk kategori normal atau overweight dan bahkan obesitas. Cara pengukurannya dengan metode perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu jumlah berat badan (dalam kilogram) dibagi tinggi badan (dalam meter) kuadrat," kata dr Marya.

Berdasarkan World Health Organization, untuk orang Asia, apabila hasil BMI-nya di bawah 18,5 maka tergolong kurus, sementara BMI 18,5-22,9 termasuk kategori normal. Masyarakat perlu lebih waspada apabila hasil BMI mencapai angka 23,0-24,9 karena sudah termasuk overweight, 25-29,9 termasuk kategori obesitas tingkat I, dan ≥30 dinyatakan obesitas tingkat II.

"Cermat membaca label kemasan pangan olahan dapat membantu kita lebih bijak dalam konsumsi gula dan terhindar dari risiko obesitas," kata Koordinator Standardisasi Pangan Olahan Keperluan Gizi Khusus Badan POM RI Yusra Egayanti SSi Apt MP.

Masyarakat harus selalu memperhatikan empat informasi nilai gizi dalam label kemasan yaitu jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi (seperti lemak, lemak jenuh, protein, garam/natrium, dan karbohidrat (termasuk gula)) dan persentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) per sajian.

Idealnya, dalam sehari, masyarakat dapat mengonsumsi tidak lebih dari, gula sebanyak 50 gram atau setara dengan 4 sendok makan, garam sebanyak 5 gram atau setara dengan 1 sendok teh, dan lemak total sebanyak 67 gram atau 5 sendok makan.

Head of Strategic Marketing Nutrifood Susana STP MSc PDEng mengatakan, nutrifood selama lebih dari 42 tahun berkomitmen untuk menginspirasi masyarakat Indonesia untuk implementasikan gaya hidup sehat, terlebih di masa pandemi saat ini. 

"Untuk itu, kami menyadari pentingnya komitmen yang berkelanjutan dan kolaborasi bersama mitra strategis seperti Kementerian Kesehatan RI dan Badan POM RI. Sejak 2013, kami secara konsisten mengedukasi tenaga kesehatan, komunitas, dan masyarakat melalui kampanye Cermati Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak serta Baca Label Kemasan," kata Susana.

Ia berharap, melalui Festival Komunitas ‘Beat Obesity’ ini dapat memperluas wawasan berbagai lapisan masyarakat, mulai dari anak muda, komunitas kuliner dan kesehatan, serta masyarakat umum tentang pentingnya batasan konsumsi gula untuk membantu mereka terhindar dari risiko obesitas dan diabetes.

Susana menambahkan, komitmen Nutrifood dalam mengedukasi hidup sehat juga diterapkan bagi karyawan sendiri. Sebagai wujud kepedulian kepada karyawan, Nutrifood mengadakan program Beat Obesity untuk membantu karyawan dengan status overweight dan obesitas menjalani program hidup sehat dan penurunan berat badan.

Program berlangsung sejak Maret hingga September 2021, program ini diikuti oleh 132 karyawan yang ingin menurunkan berat badannya. Karena pandemi, hampir seluruh program pendampingan diadakan secara virtual, yang terdiri dari medical check up, survei kebiasaan hidup sehat dan pembentukan support group, serta berbagai aktivitas olahraga secara mandiri maupun kelas virtual, edukasi kesehatan, penyediaan makan siang khusus bagi karyawan yang berlokasi dipabrik, dan konsultasi kesehatan 
dengan dokter.

“Setelah menjalani program ini selama 6 bulan, hampir 80 persen peserta program ini mengalami penurunan berat badan rata-rata 4,5 kg. Sebagian di antaranya bahkan mengalami penurunan lebih dari 10 kg berat badan. Meskipun program ini masih belum sempurna, kami senang dapat memberikan manfaat untuk mendukung karyawan kami menjadi lebih sehat dan meningkatkan kualitas hidup mereka dan keluarga,” tambah Susana.

The New L-Men of The Year 2021 Marcellino Indrawan menceritakan, perjalanannya dalam menurunkan berat badan dan menjalani gaya hidup sehat.

“Pada awal tahun 2021, berat badan saya mencapai angka 90 kg. Sejak saat itu, saya berusaha konsisten dalam menjaga asupan nutrisi, membatasi asupan gula, aktif berolahraga, dan beristirahat, di tengah-tengah kesibukan saya sebagai seorang managing director di sebuah perusahaan," ceritanya.

"Dalam waktu 10 bulan, kini berat badan saya mencapai 76,5 kg, dengan massa otot yang lebih tinggi. Tidak hanya itu, saya merasakan manfaat dengan menjalani gaya hidup yang lebih sehat, di mana fisik terasa lebih fit, performa lebih optimal dan produktif dalam beraktivitas, dan hidup terasa jadi lebih berkualitas. Saya mengajak teman-teman di sini, khususnya yang masih muda untuk mulai menjalani gaya hidup sehat sejak dini untuk hidup yang lebih produktif dan berkualitas," tambahnya.***

Ikuti Terus JurnalPekan

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER