Prof Dyah: Kenapa perempuan harus melek terhadap teknologi?
MALANG - Setiap manusia yang terlahir di dunia, hakikatnya telah menjadi pemimpin, tak terkecuali perempuan. Melihat banyaknya pemimpin perempuan, menunjukkan bahwa semua orang mempunyai jiwa kepemimpinan tanpa memandang gender.
Hal ini lah yang dijelaskan oleh Rektor Universitas Gajayana (Uniga) Malang, Prof Dr Dyah Sawitri SE MM, dalam acara Ngobrol Bareng Pakar Inspirasi yang bertajuk Kupas Tuntas Gaya Kepemimpinan Masa Kini.
Dyah menyebutkan, hakikat setiap manusia dilahirkan di muka bumi ini sebagai seorang pemimpin. Bisa sebagai pemimpin negara, organisasi, masyarakat, keluarga, dan diri sendiri.
"Tidak ada permasalahan perempuan dalam memimpin. Sebenarnya kita sudah memiliki contoh yaitu Kartini, sosok perempuan yang begitu besar perjuangan dan pengorbanan untuk perempuan sehingga tidak ada perbedaan gender," kata Dyah.
Hanya saja, lanjutnya, gaya kepemimpinan antara laki-laki dan perempuan tentunya berbeda. Sebab, meskipun perempuan tengah menjadi pemimpin, tetapi kodratnya tidak pernah hilang.
"Perempuan merupakan pondasi dalam keluarga, maka menjadi seorang pemimpin perempuan yang sukses tidak pernah lepas dari dukungan keluarga," ucapnya.
Menurut Dyah, perempuan memiliki peluang strategis untuk menjadi pemimpin. Oleh sebab itu, dia mengajak seluruh perempuan untuk melek teknologi.
"Kenapa perempuan harus melek terhadap teknologi? karena ditengah kesibukan kita bekerja kita harus tetap memantau keluarga. Salah satu komunikasi ya melalui teknologi. Kita harus bisa membagi skala prioritas antara keluarga dan karir," ungkapnya.
Menjadi seorang pemimpin perempuan, dia tidak pernah memandang rekan kerja sebagai bawahan, tetapi dianggap saudara dalam bekerja.
"Selama 2 periode saya menjadi rektor, saya selalu bersyukur karena amanah besar yang telah diberikan Allah harus saya jaga dengan benar. Selama memimpin, saya selalu memposisikan rekan kerja sebagai saudara. Kita ciptakan budaya mengajak untuk saling menghargai dan menghormati dalam satu institusi tanpa menyakiti yang lainnya," jelasnya.
Selama menjadi pemimpin, Dyah menjadikan Ki Hajar Dewantara sebagai acuan untuk kemajuan institusi.
"Kita tahu slogan Ki Hajar Dewantara yang berbunyi ing ngarso sung tulodo, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani. Ketika seorang menjadi pemimpin harus bisa memberikan suri tauladan untuk orang di sekitar," katanya.
Tak lupa, Dyah membagikan tips gaya kepemimpinan perempuan, yaitu selalu berpikir positif, cantiklah dalam beriman dan bertaqwa, berilmu dalam berbicara, berperilaku serta berpenampilan sopan, dan selalu bersyukur.***
Berita Lainnya +INDEKS
Warga Harap Sabar, Janji Prabowo Gibran Susu Gratis dan Makan Siang Baru Bisa Terlaksana 2029
Warga Indonesia tampaknya perlu bersabar terhadap janji manis Capres Prabowo Subianto mengenai ma.
Prabowo Akan Pangkas Subsidi BBM dan Elpiji 3 Kg untuk Makan Siang Gratis
Calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto, bakal memangkas subsidi bahan bakar minyak atau BB.
Maret, Pemerintah Buka Seleksi CASN 2024
Pemerintah akan membuka seleksi bagi 2,3 juta formasi calon aparatur sipil negara (CASN) tahun 20.
Presiden Tekankan Peran Strategis Perguruan Tinggi Cetak SDM Unggul
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menekankan bahwa perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam.
Pemerintah Buka 2,3 Juta Formasi CASN 2024
Pemerintah memberikan kesempatan kerja bagi talenta muda Indonesia dengan membuka formasi calon a.
Presiden Tekankan Seluruh Pihak Kawal Pemilu 2024
Presiden Joko Widodo menekankan kepada seluruh jajaran Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk memantap.